5 Faktor Penyebab Skripsi Tak Kunjung Selesai

Penyebab Skripsi Tidak Selesai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademiknya, baik melalui penelitian lapangan atau studi kepustakaan. Dengan kata lain, skripsi merupakan tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan mahasiswa. Mayoritas perguruan tinggi masih menerapkan kebijakan penulisan skripsi bagi mahasiswa tingkat akhir, meskipun ada beberapa yang memberikan pilihan jalur kelulusan non-skripsi, tentu dengan syarat dan ketentuan masing-masing universitas.

Skripsi termasuk dalam kategori penulisan ilmiah. Mahasiswa tidak hanya menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan, tetapi juga harus dilengkapi dengan data-data primer dan sekunder, metode penelitian yang relevan, referensi yang memadai, serta kajian-kajian atau penelitian terdahulu yang sudah membahas topik terkait, baik dalam bentuk jurnal maupun karya ilmiah lainnya. Proses ini seringkali membuat mahasiswa merasa gugup atau bahkan stres karena beberapa faktor, seperti kurangnya pengalaman dalam menulis ilmiah, sehingga sulit menemukan judul yang tepat atau menyelesaikan penulisan skripsi mereka.

Baca juga : Pengertian dan Contoh Batasan Masalah Skripsi

Berikut ini beberapa faktor penyebab skripsi yang dibebankan kepada mahasiswa tidak kunjung selesai:

1. Dosen Pembimbing Terlalu Idealis

Kendala pertama dalam penulisan skripsi sering muncul sejak mahasiswa mulai mengembangkan ide dan gagasan mereka. Saat mengajukan proposal judul, harapannya adalah mendapatkan respon positif dari dosen pembimbing. Namun, kritikan yang terlalu tajam dan tidak konstruktif sering membuat mahasiswa kehilangan semangat. Mahasiswa yang awalnya penuh semangat bisa saja tidak terdengar lagi kabarnya selama beberapa semester, karena merasa ide mereka habis di hadapan dosen yang memiliki standar tinggi dan cenderung mempertahankan pemikiran yang sesuai dengan pengalaman mereka sendiri, meskipun zaman telah berubah.

Dosen pembimbing seharusnya tidak bertindak sebagai hakim yang mengubah ide skripsi secara drastis, tetapi lebih sebagai pembimbing yang mengarahkan, membantu, dan memberikan solusi. Sebaiknya, dosen membiarkan mahasiswa mengembangkan ide mereka sendiri, memberikan revisi jika diperlukan, dan memberikan bimbingan yang cukup. Dosen seharusnya bangga jika banyak mahasiswa bimbingannya dapat lulus tepat waktu, karena semakin banyak mahasiswa yang sukses, semakin besar pula kontribusi ilmu dosen tersebut di masyarakat. Dengan pendekatan yang mendukung dan konstruktif, dosen dapat membantu menciptakan lingkungan akademik yang lebih positif dan produktif, yang pada akhirnya akan meningkatkan reputasi dosen dan institusi pendidikan.

2. Mahasiswa Sibuk, Dosen Super Sibuk

Kendala kedua adalah kesibukan mahasiswa dan dosen. Banyak mahasiswa terlalu sibuk dengan urusan pribadi atau kegiatan organisasi, sehingga tidak punya waktu untuk mengerjakan skripsi, padahal mereka sudah di semester akhir atau hampir DO (dropout). Mahasiswa harus menyadari bahwa tugas utama mereka adalah menyelesaikan kuliah dan mengatur kegiatan luar kampus agar tidak mengganggu prioritas utama, yaitu lulus dan wisuda. Fokus pada skripsi adalah bentuk penghargaan terhadap perjuangan orang tua yang membiayai kuliah.

Kondisi ini diperparah dengan dosen yang super sibuk. Banyak dosen memiliki kegiatan tambahan di luar mengajar, seperti side job, pekerjaan sebagai PNS, bisnis, atau pekerjaan lain, sehingga sulit dihubungi dan jarang di kampus. Mahasiswa sebaiknya memilih dosen pembimbing yang tidak terlalu sibuk atau yang dapat membagi waktunya dengan baik di kampus. Dengan dosen yang tepat, proses bimbingan skripsi dapat berjalan lebih lancar dan mahasiswa bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu.

3. Tidak Memanfaatkan Media dan Teknologi

Komunikasi merupakan kunci dalam proses penulisan skripsi, melibatkan tiga pihak utama: kampus, dosen, dan mahasiswa. Ketiga pihak ini saling berkaitan erat dan jika terjadi miskomunikasi, asal masalahnya dapat ditelusuri dengan lebih mudah. Sayangnya, masih banyak dosen yang melakukan bimbingan dengan metode klasik dan manual, yang mengharuskan tatap muka langsung. Mahasiswa sering kali harus mendatangi rumah atau kantor dosen, dengan alasan agar arahan dan bimbingan lebih dipahami. Metode ini memiliki kelemahan signifikan, yaitu memakan banyak waktu, biaya, dan kurang efektif.

Meskipun sesekali bimbingan tatap muka dapat dilakukan untuk membangun keakraban, saat ini banyak media teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk bimbingan. Platform seperti Zoom Meeting, Google Meet, Google Drive, Email, atau LMS (Learning Management System) lainnya bisa digunakan untuk mempercepat perbaikan dan memberikan arahan yang diperlukan. Penggunaan teknologi ini memungkinkan komunikasi yang lebih efisien dan efektif, tanpa harus menghabiskan waktu dan tenaga untuk bertemu langsung. Dengan memanfaatkan media digital, bimbingan dapat dilakukan lebih sering dan terstruktur, serta menghindari pembicaraan yang tidak relevan. Ini akan membantu mempercepat proses penulisan skripsi dan meningkatkan produktivitas mahasiswa serta dosen.

4. Mahasiswa Malas Membaca

Tantangan utama dalam penulisan skripsi adalah minimnya kebiasaan membaca di kalangan mahasiswa. Banyak mahasiswa tidak memiliki minat membaca yang relevan dengan topik skripsinya, bahkan ada yang kesulitan menyimpulkan materi ilmiah yang dibaca. Untuk menyelesaikan skripsi dengan baik, mahasiswa perlu memperbanyak membaca karya ilmiah yang relevan dan mengubah metode penulisan dengan menuliskan pemikiran terlebih dahulu sebelum mencari referensi.

Penggunaan teknologi seperti ChatGPT dan OpenAI dapat membantu mahasiswa mencari referensi, memahami materi, dan meningkatkan efisiensi dalam menyusun skripsi. Dengan menggabungkan kebiasaan membaca yang baik dan pemanfaatan teknologi, mahasiswa dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas penulisan skripsinya, menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas tinggi.

5. Administrasi Kampus yang Masih Amburadul

Ketidakefisienan dalam administrasi kampus menjadi kendala serius bagi mahasiswa yang sedang menyelesaikan penulisan skripsi. Mulai dari proses pendaftaran judul, penetapan dosen pembimbing, penjadwalan pertemuan bimbingan, hingga jadwal sidang skripsi dan perbaikan, semuanya menjadi tantangan karena kurangnya tata kelola yang baik. Perubahan dosen pembimbing atau judul skripsi ditengah proses penulisan seringkali tidak terkoordinasi dengan baik, mengakibatkan kebingungan bagi mahasiswa.

Selain itu, informasi yang kurang jelas atau lambat disebarkan, serta respon yang lambat dari pihak administrasi kampus, seperti balasan chat WhatsApp, juga menjadi masalah yang memperlambat progres penulisan skripsi. Molornya penulisan skripsi tidak selalu disebabkan oleh mahasiswa, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh kurangnya profesionalisme dalam tata kelola kampus. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan responsivitas dalam administrasi kampus agar seluruh proses akademik berjalan lancar dan mendukung kemajuan mahasiswa.

Baca juga : Cara Mudah dan Efektif Membuat Skripsi bagi Pemula

Kesimpulan

Menyelesaikan skripsi memang bukan tugas yang mudah. Namun, dengan memahami faktor-faktor yang sering menjadi penyebab skripsi tak kunjung selesai, mahasiswa dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan yang ada. Manajemen waktu yang baik, bimbingan dan dukungan yang memadai, pemilihan topik yang tepat, keterampilan menulis dan meneliti yang baik, serta motivasi yang tinggi adalah kunci untuk menyelesaikan skripsi dengan sukses.

Bagi mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan skripsi, jangan pernah menyerah. Ingatlah bahwa setiap tantangan pasti bisa diatasi dengan usaha dan tekad yang kuat. Semoga artikel ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi Anda untuk segera menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana yang diimpikan.

Bagi Anda yang memiliki kesulitan dalam mengerjakan skripsi dan membutuhkan jasa bimbingan skripsi dapat menghubungi Admin SkripsiYuk dan dapatkan layanan terbaik dari kami.

Penulis : Dona